Asuhan Keperawatan Pada Hidatidosa
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Beakang
Di
Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam pembangunan
bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang
menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan
prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di
Negara kita. Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin.
Angka kematian
ibu dengan kehamilan di Indonesia termasuk tinggi di Asia. Pada setiap 2 jam
terdapat satu ibu yang meninggal karena melahirkan. Propinsi penyumbang kasus
kematian ibu dengan kehamilan terbesar ialah Papua 730 per 100.000 kelahiran,
Nusa Tenggara Barat 370 per 100.000 kelahiran, Maluku 340 per 100.000. (Warta
Demografi, tahun 30, no.4, 2000).
Dari
data diatas meskipun ada kecenderungan menurun, tapi angka kematian ibu (AKI)
penduduk Indonesia masih relatif tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup
tahun 2003. Tingginya angka kematian ibu diantaranya disebabkan oleh beberapa
faktor meliputi: perdarahan, toxemia gravidarum, dan infeksi. Salah satu dari
ketiga faktor tersebut adalah perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada
wanita dengan mola hidatidosa.
Mola
Hidatidosa ialah ke88hamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna)
dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan
sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang
invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola
hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio
dan ada jaringan embrio. Melihat fenomena diatas maka disini penulis tertarik
untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Kehamilan
Dengan Mola Hidatidosa”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini adalah membahas mengenai penyakit molahidatidosa dan asuhan
keperawatan pada pasien molahidatidosa.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan diharapkan
mampu untuk mengerti dan menjelaskan molahidatidosa dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus molahidatidosa.
Tujuan Khusus
Pada akhir pembuatan makalah ini
diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari mola hidatidosa
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari mola hidatidosa
3. Mengetahui dan penyebab, gejala klinis, serta penatalaksanaan dari mola hidatidosa
4. Mengetahui dan menerapakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan kasus mola hidatidosa
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari mola hidatidosa
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari mola hidatidosa
3. Mengetahui dan penyebab, gejala klinis, serta penatalaksanaan dari mola hidatidosa
4. Mengetahui dan menerapakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan kasus mola hidatidosa
D. Metode Penulisan
Dalam metode penulisan makalah ini,
penulis menggunakan beberapa literatur buku-buku dan media internet.
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1. DEFINISI
Mola
hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238)
Mola
hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk,
2002 : 339)
Mola
hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya
mengalami perubahan hidrofobik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola
hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat
proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 :
514)
Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).
Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).
Mola
hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista
yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh
dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human
chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)
1.2. ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak
diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :
a.
Faktor ovum : ovum memang sudah
patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
b.
Imunoselektif dari tropoblast
c.
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
d.
d.Paritas tinggi
e.
Kekurangan protein
f.
Infeksi virus dan faktor kromosom
yang belum jelas
(Mochtar, Rustam ,1998 : 238)
(Mochtar, Rustam ,1998 : 238)
1.3. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang uterus 5 – 8 cm dengan berat 30 – 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang uterus 5 – 8 cm dengan berat 30 – 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164)
Uterus
terbagi atas 3 bagian yaitu :
a.
Fundus : bagian lambung di atas
muara tuba uterina
b.
Badan uterus : melebar dari fundus
ke serviks
c.
Isthmus : terletak antara badan dan
serviks
Bagian
bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks
bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut interna) dan
bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna
Ligamentum
pada uterus : Ligamentum teres uteri : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan
melalui annulus inguinalis, profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen
panjangnya 10 – 12,5 cm, terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh
darah dan ditutupi peritoneum.
Peritoneum
di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya, membentuk kantong
utero-vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus badan dan serviks
uteri dan melebar ke bawah sampai fornix posterior vagina, selanjutnya melipat
ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal.
Ligamentum
latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis tengh badan uterus
melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba
uterin, ovarium diikat pada bagian posterior ligamentum latum yang berisi darah
dan saluran limfe untuk uterus maupun ovarium.
Fisiologi
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.
Pada
umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi
dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan
mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, pada hakekatnya merupakan
kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang
sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada
minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik dari jonjot karion,
sehingga menyerupai gelembung yang disebut ”mola hidatidosa”. Pada ummnya
penderita ”mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya
yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.
(Wiknjosastro, Hanifa, 2002 : 339)
(Wiknjosastro, Hanifa, 2002 : 339)
1.3 PATOFISIOLOGI
Mola
hidatidosa dapat terbagi menjadi :
a.
Mola hidatidosa komplet (klasik),
jika tidak ditemukan janin
b.
Mola hidatidosa inkomplet (parsial),
jika disertai janin atau bagian janin.
Ada
beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast
:
Teori missed abortion.
Mudigah
mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah
sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park.
Sel-sel
trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
Studi dari Hertig
Studi
dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit
pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus
dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan
fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)
1.5.MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala
Gambaran klinik yang biasanya timbul
pada klien dengan ”mola hidatidosa adalah
a.
Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b.
Perdarahan pervaginam berulang.
Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung
mola.
c.
Pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
d.
Tidak terabanya bagian janin pada
palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusat atau lebih.
e.
Preeklampsia atau eklampsia yang
terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a.
Serum
ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG serial
b.
Ultrasonografi
(USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung
gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak
jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG
maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal.
c.
Foto
rontgen : pada mola ada gambaram emboli udara
1.6.PENATALAKSANAAN MEDIK
Penanganan yang biasa dilakukan pada
mola hidatidosa adalah :
a.
Diagnosis dini akan menguntungkan
prognosis
b.
Pemeriksaan USG sangat membantu
diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat
dilakukan :
·
Evaluasi klinik dengan fokus pada :
·
Riwayat haid terakhir dan kehamilan
·
Perdarahan tidak teratur atau
spotting
·
Pembesaran abnormal uterus
·
Pelunakan serviks dan korpus uteri
·
Kajian uji kehamilan dengan
pengenceran urin
·
Pastikan tidak ada janin
(Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan
·
perasat Hanifa Wiknjosastro atau
Acosta Sisson
c.
Lakukan pengosongan jaringan mola
dengan segera
d.
Antisipasi komplikasi (krisis
tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
e.
Lakukan pengamatan lanjut hingga
minimal 1 tahun.
Selain dari penanganan di atas,
masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan
mola hidatidosa, yaitu :
Segera
lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan
efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
Pengosongan
dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah
tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara
bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai
Kenali
dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum,
selama dan setelah prosedur evakuasi
Anemia
sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan
transfusi
Kadar
hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif
(diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta
besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu
Selama
pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila
masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjetif
Pengkajian adalah pendekatan
sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui
masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji
adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
o Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
o Riwayat kesehatan masa lalu
o Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan
dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe
serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat
pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji
mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat
tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2. Pengkajian Data Objektif
a. TTV: ada tidaknya
demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas
b. Status Gizi: Berat Badan
meningkat/menurun
c. Status
Kardiovaskuler: Bunyi jantung, karakter nadi
d. Status Respirasi: Pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan
e. Status Hidrasi:
Edema, derajat kelembaban
f. Keadaan Integumen:
Observasi kulit terhadap warna, lesi, laserasi, bekas luka operasi, kontraksi
dinding perut
g. Genital: nyeri kostovertebral dan suprapubik,
perdarahan yang abnormal
h. Status Eliminasi: Perubahan
konstipasi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi berkemih
i. Keadaan Muskoloskeletal: Bahasa tubuh,
pergerakan, tegangan otot, ketut lutut
j. Keadaan janin:
Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia
kehamilan)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan adanya nyeri.
4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi.
5. Kecemasan berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
C. Intervensi
1. Diagnosa
Keperawatan I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri
berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri
berkurang/hilang
TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri,
lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional
: Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan
intervensi yang tepat.
b. Observasi tanda-tanda vital
tiap 8 jam
Rasional
: Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu
indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
c. Anjurkan klien untuk
melakukan teknik relaksasi
Rasional
: Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi
dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu
mengurangi nyeri yang dirasakan.
d. Beri posisi yang nyaman
Rasional
: Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri.
e. Kolaborasi pemberian
analgetik
Rasional
: Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat
dipersepsikan.
2. Diagnosa Keperawatan II
Intoleran
aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya
kebutuhan rawat diri
Kriteria
Hasil :
Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
Klien nampak rapi dan bersih.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien
dalam memenuhi rawat diri
Rasional
: Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri
sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.
b. Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
Rasional
: Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada
perawat
c. Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional
: Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan
secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.
d. Anjurkan keluarga klien
untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.
Rasional
: Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri.
3.
Diagnosa Keperawatan III
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola
tidurnya tidak terganggu
Kriteria
Hasil :
Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.
Konjungtiva tidak anemis.
Intervensi :
a. Kaji pola tidur
Rasional
: Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
b. Ciptakan lingkungan yang
nyaman dan tenang
Rasional
:Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
c. Anjurkan klien minum
susu hangat sebelum tidur
Rasional
:Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur.
d. Batasi jumlah penjaga klien
Rasional
: Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat
dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.
e. Memberlakukan jam
besuk
Rasional
: Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
f. Kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat tidur Diazepam
Rasional
: Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan
mudah tidur.
4. Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan
rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak
terjadi panas
Kriteria
Hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Klien tidak mengalami komplikasi.
Intervensi :
a. Pantau suhu klien,
perhatikan menggigil/diaphoresis
Rasional
: Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat
membantu diagnosa.
b. Pantau suhu lingkungan
Rasional
: Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal.
c. Anjurkan untuk minum
air hangat dalam jumlah yang banyak
Rasional
: Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.
d. Berikan kompres hangat
Rasional
: Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu
tubuh.
e. Kolaborasi pemberian
obat antipiretik
Rasional
: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.
5. Diagnosa Keperawatan V
Kecemasan
berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan
berkurang/hilang
Kriteria
Hasil :
Ekspresi wajah tenang
Klien tidak sering bertanya tentang
penyakitnya.
Intervensi :
a. Kaji tingkat
kecemasan klien
Rasional
: Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
b. Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional
: Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.
c. Mendengarkan keluhan
klien dengan empati
Rasional
: Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa
diperhatikan.
d. Jelaskan pada klien tentang
proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional
: menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang
penyakitnya.
Rasional
: Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.
D. Evaluasi Keperawatan
1.
Nyeri berkurang
2.
Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
3.
Pola tidur tidak terganggu
4.
Tidak menimbulkan demam
5.
Kecemasan berkurang
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Jadi mola hidatidosa adalah suatu
masa atau pertumbuhan didalam rahim yang terjadi perubahan abnormal dari villi
karionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur pada awal kehamilan .
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
b. Saran
Mungkin inilah
yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari
sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan
dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan
dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh
saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik
daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen
pembimbing mata kuliah keperawatan maternitas yang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan
untuk negara dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
https//:www.Rizmawan.blogspot.com
No comments:
Post a Comment